"Sebentar aku ke langit, akan kugendong rembulan, kukantongi bintang-bintang"
Doel Sumbang Ft Nini Carlina
"Kalau Bulan Bisa Ngomong"

Di Kerumunan itu aku menyeruak, ada penat yang mengelayuti di ujung benak dan pelupuk yang hingga kini tak bisa kutahan. Ini lelah yang menyeruak memang luar biasa. Semuanya sepi, semuanya tertidur dalam lelah yang menyelimuti. Apa ini, segalanya terasa terhenti dan penat yang menanti. 

Tinggal penat saja yang begitu jujur menyapa ke dalaman pengetahuan dan memikat setiap ujung kesadaran. Apakah ini kebosanan ataukah bentuk rasa penat yang membuhul dan menjadi pengetahuan yang luar biasa tentang ketiadaan dan keadaan.

Hanya penat dan malam ini dingin begitu sangat dingin dan mengobral janji tentang nyamannya peraduan.

Aku melirik jam di sudut desktop komputerku, dan ternyata telah pasti bahwa ini adalah pukul 3.33 dini hari.

Satu dua motor melintas di jalanan depan rumah. Ditemani sebentuk kegelisahan, akankah ini bisa terselesaikan sebab betapa kelelahan ini telah mengelayut di pelupuk mata. Ngantuk. Itulah rasa yang paling jelas di sampaikan oleh otak, agar segera melangkahkan kaki ke ranjang dan membiarkan badan ini membekaskan sebuah kelelahan pada kasur yang begitu teramat nyaman. 
Tapi tidak, jemari ini terus saja berlari dan berlari melangkahi setiap berkas tuts keyboard komputerku sedikit demi sedikit melukiskan hamparan kata-kata, usaha mengambarkan setiap detil rasa, dalam makna dan cinta.

Meski terpaksa aku menuruti nya, sebab ada keasyikan yang luar biasa menyiksa, seperti sebentuk pengetahuan yang ingin di hamparkan kata-kata pada putihnya laman di layar komputerku, sebab apa jemari ini terus berlari meski telah lelah mata memandang hamparan layar, dan begitu penat dada sebab jutaan kubik asap rokok yang membahana memenuhi rongga dada mengemulsi gumpalan daging yang disebut paru-paru. 

Menghunjamkan penat yang luar biasa, memaksa ya memaksa. Meringkuk betapa indahnya hanya itu yang di tahui mata dan tubuh ini namun pikir terus menyopir jemari untuk meliuk-liku di hamparan keynote key board ku. Lelah bosan, kubuka laman browser ku. Kutemukan satu kata, RENDEZVOUS, kata yang familier namun tak kutahu benar apa artinya.  

Pikiran semakin liar, dada kian mengembang oleh emulsi asap rokok.

Ini semua sebab semalam-malaman terhabiskan di selasar rumah seorang kolega yang lebih tepatnya disebut sebagai sahabat keluarga kami. Dengan berpuluh batang rokok dan secangkir kopi kami mengobrol sana sini.

Ada banyak yang terumbar, ada banyak pula yang menguar ke beranda pemikiran. Aku mencoba menulis namun lelah yang membuncah lebih perkasa rupanya aku tertidur dengan meninggalkan sebuah kilasan yang besar tentang apa yang ada dalam ruang kata itu, ya, kata itu. RENDEZVOUS

Pagi ini,

Aku buka halaman di browser laptopku, ini pagi yang indah meski agak kesiangan. Elvis, bukan Elvis(ukaesi), berkoar dengan sangat keras. Itu sebabnya aku menjadi terbangun, aku terbangun sendiri saja. Bapak, sudah berangkat ke kampus lebih dulu. Aku panaskan heater, ku campur kopi dan dua sendok gula.Dan pagi ini tersaji di dalam gelas, pagi yang terhidang dalam segelas kopi adalah pagi yang luar biasa menakjubkannya,kurang lebih bisa disebutkan sebagai sebuah keajaiban. Kubuka laptop kumainkan lagu-lagu kesukaan. Browser Mozilla ku klik dan segera aku bergegas menuju ke laman favoritku. Facebook. 

Di sana telah menanti teman-teman yang telah terkompresi menjadi data dan tersimpan dalam mega server raksasa.Semua teman dan sahabatku. Semua mencurahkan segala yang membuncah dalam kalbu, semua mengegaskan segala pengetahuan yang melindap di alam bawah sadarnya, ada yang berteori dengan riang, ada beberapa yang sedikit menggelitik di alam nuraniku sebab apa yang disampaikannya adalah sebuah kebenaran yang belum bisa aku lakukan. Semua berujar dalam kata, ada yang singkat, ada yang panjang luar biasa.

Namun semua cukup sukses mengunggah kesadaranku, dan alhasil dalam sekejap semua yang bertebaran di laman ini mengangkat terbang menjauh dari alam ini dan kembali kesebuah masa ke sebuah tempat yang indah, tempat yang tak perlu aku harus naik bus, pesawat, kapal atau apa saja.Tempat yang terlalu dekat untuk dijamah, namun terlalu jauh untuk di kelanai. Tempat itu adalah kenangan, dan aku be-rendezvous di dalamnya. Aku ber-endezvous dan semuanya cerah.

Menangkap Rasa, Merelasi Makna

Dari Facebook, Twitter, Yahoo Mesenger, My Space. Hingga Mak Yam, Pak Japan, Warung Sari. Dari yang nyata, terasa, teraba. Hingga segala yang hanya berpendar di balik layar datar kita, yang kita sebutnya maya. Dari yang formal hingga, hingga yang ab-normal, dari yang menghujung pada rupiah, hingga yang hanya ngalor ngidul tak tentu arah. Semuanya adalah RENDEZVOUS. “Makna Rendezvous sendiri adalah tempat pertemuan kembali”[1]

Era baru yang di mulai dengan berkembang pesatnya teknologi elektronika, mendorong terwujudnya kebebasan berinformasi dan berkomunikasi dengan kecepatan yang luar biasa. Hal ini menciptakan berbagai macam kesempatan dan peluang bagi siapa saja yang dengan jeli mampu memilah dan memilih. Mensortir segala macam yang bertebaran di dalam ruang tak terbatas tadi dan menangkap rasa yang tersirat di dalamnya. 

Betapa informasi sangat berperan dan berpengaruh dalam diri manusia, ambil contoh. 

Bayangkan saja kita pergi ke salah satu situs jejaring sosial,  lalu kita dapati bahwa salah satu kontak kita, menulis sesuatu yang buruk tentang diri kita, apa yang akan kita rasakan. Dan segalanya jelas di mungkinkan terjadi dalam kasus ini.

Atau, andai saja kita sedang berada di dalam sebuah warung dan kita dengar bahwa nama kita sedang di sebut-sebut oleh beberapa pengunjung di warung tersebut, di sangkut paut kan dengan sebuah kasus yang terjadi, di-“rasani”. Dalam kasus semacam ini tentunya akan semakin banyak kemungkinan yang mungkin terjadi. Jadi, apa pentingnya? Apakah sangkut pautnya antara, jejaring sosial di dunia maya, warung di dunia nyata, dan RENDEZVOUS itu sendiri. 

Dapat kita pahami bersama disini bahwa apa arti yang terserap dari kata RENDEZVOUS adalah tempat pertemuan kembali. Dan bahwa di  Jejaring sosial, warung dan setiap tempat-tempat ber-rendezvous itulah segala macam informasi dan pengetahuan bertebaran dan membuncah tak karuan. Segala yang ada di wilayah rendezvous itu memungkinkan kita untuk mendapatkan berbagai macam hal reflektif tentang apa dan siapa diri kita, memungkinkan kita untuk mendapatkan serta mengumpulkan informasi. 

Dan segala informasi yang kita rangkum, dan (memungkinkan untuk kita) rangkul di dalam sebuah kertas kerja, akan memungkinkan terbentuknya sebuah struktur yang kita sebutnya sebagai data-data. Dan bahwa “suatu data dari masa lalu menjadi lebih terungkap aktualitas dan relevansi pesannya berkat keterarahan dari yang dulu itu ke yang kini”[2]. 

Artinya, ketika dan (mungkin) setiap kali kita mendengar apa saja dan di mana saja, adalah sangat sebaiknya kita menangkap dan menyaring setiap informasi yang telah kita dengar dengan secermat mungkin. Sehingga kita mampu secara bening untuk menangkap rasa dan merelasikannya dengan setiap pengalaman dan kemampuan kita untuk menemukan maknanya. 

Dengan demikian apa yang telah di siratkan dalam kata rendezvous, mengandung makna secara mendasar dalam konteks memperbanyak silaturahmi dengan mudah dan indah. Mencerna informasi dengan cerdas, bergaul dengan apa yang menjadi masa lalu kita dengan legawa. Dan menyongsong hari baru dengan ketetapan hati dan kebijaksanaan yang luar biasa. Sehingga apa yang di biaskan oleh karakter pada diri kita terhadap afeksi setiap orang adalah cinta, dalam makna yang jernih dan penuh rasa.

Kesan pertama begitu mengoda, selanjutnya terserah anda. 
Di setiap jalan yang kita datangi, selalu terbuka peluang bahwa kita akan mendatanginya lagi. Dengan demikian maka di setiap masa ketika kita memulai setiap jumpa dengan apa dan siapa saja, mengusahakan afeksi terbaik menjadi jawabannya. Bahwa ”pemahaman adalah kegiatan referensial, yakni proses membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang sudah diketahui”[2]. Maka memperbanyak rendezvous akan menjadikan kita bijak dalam membandingkan setiap kejadian yang telah kita lewati dengan yang akan terjadi. Membawakan pada kita sebuah “tapi kebenaran dari yang sebenarnya tak tahu itu benar”[3].

Sudah siang,..

Seseorang mengetuk pagar depan, aku terbangun ternyata aku hanya berendezvous dengan kasur dan bantal saja, bernikmat-nikmat dengan indah. Aku bermimpi menyelesaikan apa yang telah kuawali, tapi ternyata tidak. Lamat-lamat ku dengar, “demi kamu aku pamit sebentar aku kelangit akan kugendong rembulan ku kantongi bintang-bintang”, doel sumbang dan nini carlina semalam-malaman bernyanyi dalam rekaman masa lalu,laptopku menyala semalam-malaman. Aku tergeragap, kubuka pintu. Ada seseorang bertanya tentang arah.

"Di sampaikan pada temu bersama mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang"
Malang, 26 April 2011
Re-Write On Blog
1 Oktober 2011
"Meninggalkan Luka, Menanggalkan cinta. Mari bicara Hati ke Hati"
[1] http://rimaeka.blog.com/about/


[2]Poespoprodjo, W., DR, L.Ph., S.S., S.H Dalam Hermeneutika, Bandung, 2004
[3] Poespoprodjo, W., DR, L.Ph., S.S., S.H Dalam Hermeneutika, Bandung, 2004. Hal; 25
[4]Sofiatun, dalam kumpulan puisi "Fajar Mercusuar" Malang. Hal; 22