Biru-biru malam,
Mengantang perlahan di tepian kelip-kelip pelabuhan
Satu dua desir yang membelai,
Nyatakan betapa ombak sayang pada tepian dan sandarannya

Mesra-mesra mereka berdua,
Cinta-cinta saling cinta ungkapannya
Enggan-enggan terpisah selayak musik dan lirik
Mendayu bersama-bersama

Lamat-lamat kalbu,
Mendadak kelu, tiada kata mengalir
Air mata membatu, dua tiga gundah menjauh
Lamat-lamat air,
Lamat-lamat batu
Jingga dan Biru malam yang terpendam menghujam dan perlahan menantang

Lagi-lagi, lagu-lagu
Membingungkan aku bahwa tiada kata yang kecewa teramat kecewa
Kecuali hanya senyum-senyum sendiri dan kata-kata yang berakhir di ujung imaji
Selayak kelam dan senyum yang terhambat
Ia merdeka,
Ia tenang,
Ia berenang di tengah segenap lautan yang tenggelam perlahan
Membiarkan dirinya di baca dan terbuka
Ia berkabung sesekali,
Ia memelas terkadang,

Di tengah kelam yang gemintang
Di tengah kelip mercusuar yang menjauh dekat, tanpa arah melekat dan menjerat
Ia mencerap,

Ia mendendang dan menghilang di tengah anggukkan yang aku tak paham
Yang aku tak paham namun tertegun dan enggan lepas pandang
Ia menari, berlari dan mengajakku mengantang anggan
Ia ber-salsa, ia ber-dansa

Ia tenggelamkan aku dalam gundah yang indah
Dalam duka yang jenaka
Bali, 11 Juni 2011
"Jingga-jingga di lovina"