Bencana tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 menghancurkan harta benda, menghilangkan nyawa, dan memisahkan banyak keluarga. 

Adalah Delisa, seorang gadis ceria dan penuh semangat hidup yang tinggal di Aceh tak kurang menjadi korban dahsyatnya tsunami 2004 itu. 

Ia yang tadinya hidup dalam kehangatan keluarga, harus terpisah dengan anggota keluarga lain, termasuk ibu yang dicintainya. Dan dari sinilah ujian hidup Delisa benar-benar nyata. 

Itulah sekilas alur cerita dalam novel berjudul "Hafalan Shalat Delisa" karya penulis Indonesia Tere Liye. 

Hafalan Shalat Delisa, Mengantar Hikmah dengan Nama Pena Tere Liye

Nama pena adalah hal yang lumrah dalam dunia sastra. Ada berbagai alasan mengapa seorang penulis menggunakan nama pena dibandingkan nama aslinya sendiri. 

Adalah Darwis, seorang penulis Indonesia kenamaan yang lahir pada tanggal 21 Mei 1979 di Lahat, Sumatra Selatan memilih nama pena Tere Liye. 

Nama ini ia ambil bukan tanpa alasan. 

Darwis dikenal sebagai pribadi yang meyakini bahwa penulis dan karya yang berjarak akan lebih baik. Ini menjadikan pembaca atau penikmat karya tersebut akan lebih berfokus pada keindahan karya itu sendiri dan tidak sekedar terpukau dengan sederet latar belakang pribadi nan mentereng seperti pendidikan, jabatan, maupun sejarah hidup dari penulisnya. 

Kata Tere Liye sendiri diketahui berasal dari bahasa India yang bermakna "untukmu" atau "untuk dirimu".

Dan nama pena ini sangat cocok, sebab Darwis, dikenal sebagai penulis yang produktif dalam memberikan makna "untukmu".

Setidaknya dalam rentang waktu 13 tahun 7 judul karya sastra dalam bentuk novel telah terbit. Hafalan Shalat Delisa, novel religius berlatar belakang kejadian saat dan pasca tsunami Aceh adalah salah satu judul dari sekian banyak karyanya yang telah berhasil memikat hati banyak pembaca di Indonesia. 

Judul lain seperti; "Rindu" (2014), "Burlian" (2009), "Bidadari-Bidadari Surga" (2008), "Hujan" (2016), "Pulang" (2015) dan "Pergi" (2018) juga menjadi penanda dan bukti bahwa Darwis adalah seorang penulis yang cukup produktif dalam menghadirkan makna, "untuk dirimu".

Novel Hafalan Shalat Delisa juga telah di adaptasi ke dalam film dan meraih perhatian publik tanah air. 

Berlatar Belakang Akuntan, Tere Liye Menginspirasi Penikmat Sastra Indonesia

Karya sastra tak pernah memandang dari siapa ia dilahurkan. 

Ini berlaku bagi Darwis. 

Ia yang adalah seorang lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia terbukti sangat produktif sekaligus inspiratif dalam setiap karya tulisnya. 

Burlian misalnya, digambarkan oleh kurator sastra sebagai karya yang berangkat dari kearifan lokal masyarakat Indonesia. 

Dalam Burlian, tokoh utama muncul sebagai seseorang yang begitu dekat dengan keluarga dalam hal ini adalah sang ibu. Ini begitu sangat merepresentasikan jiwa masyarakat Indonesia yang dikenal patembayan dan gigih untuk memelihara tali silaturahmi antar anggota keluara. 

Burlian, nama sang tokoh utama, juga digambarkan sebagai sosok yang penuh dengan kesabaran, ulet serta tahan uji hingga mampu meraih segala apa yang ia cita-citakan. 

Lewat hal ini pula, Darwis, sang Tere Liye berusaha memberikan makna untuk para pembaca dengan menghadirkan sebuah motivasi sederhana namun penuh makna tak pernah ada jarak yang terlampau jauh antara upaya dengan hasil yang dicita - citakan. 

Referensi:

  1. Tere Liye di Wikipedia
  2. Profil Tere Liye di Gramedia
  3. Karya-karya Tere Liye di Goodreads