tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku
dan tidak dari kehidupan
W.S Rendra, Sajak Seonggok Jagung, 1975
Lahir di Solo, Jawa Tengah pada 7 November 1935, ia mendapat nama Willibrordus Surendra Broto Narendra dari Ayahnya R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo serta ibunya Raden Ayu Catharina Ismadillah.
Rendra, demikian ia kerap disapa. Namun di atas panggung, gayanya yang penuh warna, terkesan flamboyan dan anggun saat membacakan puisi menjadikannya dijuluki sebagai "si Burung Merak".
Seniman Serba Bisa, Pendiri Bengkel Teater
Karir kesenian Rendra telah dimulai setidaknya sejak tahun 1952. Ini ditandai dengan saat ia mulai menerbitkan puisi pertamanya di majalah "Siasat".
Namun bakat seni telah tampak dalam dirinya bahkan sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kala itu, Rendra tampak sudah mulai aktif dalam menghasilkan berbagai karya sastra baik puisi, cerpen, maupun naskah drama.
Tak hanya itu, ia juga dikenal aktif di dunia panggung untuk mementaskan hasil karyanya. Rendra pun kerapkali tampil sebagai pembaca puisi yang berbakat.
Dramanya yang berjudul "Kaki Palsu", adalah salah satu pentas dramanya yang berhasil. Pentas drama itu ia gelar kala masih duduk di bangku SMP. Sementara pementasan drama berjudul "Orang-Orang di Tikungan Jalan", salah satu pentas dramanya yang berhasil meraih penghargaan dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta ia pentaskan saat masih menjadi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).
Sejak pementasan "Orang-Orang di Tikungan Jalan", gairah Rendra untuk berkarya semakin tak terbendung. Ia terus menghasilkan berbagai karya. Begawan seni dan sastra Indonesia Profesor A.Teeuw dalam bukunya yang terbit pada 1989 berjudul Sastra Indonesia Modern II menyebutkan bahwa sebagai sastrawan W.S Rendra tidak bisa digolongkan ke dalam salah satu Angkatan sastra tertentu seperti misalnya angkatan 45, 60 atai 70 an.
Pendapat Prof. A. Teeuw tentang W.S Rendra tampaknya adalah hal yang sangat tepat. Ini karena setiap karya Rendra bersifat sangat personal dan lekat dengan pribadi seorang W.S. Rendra sendiri.
Sebagai penyaluran serta wadah terhadap gairahnya untuk terus berkarya. Sekira tahun 1967 selepas studi di Amerika, Rendra mendirikan sebuah sanggar yang diberi nama Bengkel Teater di Yogyakarta.
Namun pada bilangan tahun 1977, Rendra terkesan mendapat tekanan dari penguasa, ini menyebabkan ia harus memindahkan markas seni-nya ke Depok dan membangun institusi kesenian baru bernama Bengkel Teater Rendra.
Bengkel Teater Rendra, Pengaruh dan Kontroversi
Seniman dan sastrawan terkadang adalah pribadi yang penuh kontroversi. Begitupun dengan diri seorang W.S Rendra.
Selain sederet penghargaan seperti; Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970), S.E.A. Write Award (1996) juga peran sertanya di berbagai festival drama di mancanegara di antaranya seperti ; The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995), nama W.S Rendra juga tak lepas dari kontroversi.
Salah satu kontroversi yang muncul adalah keputusan pindah agama seorang W.S. Rendra kerap dihubungkan dengan kemauannya untuk berpoligami.
Namun, apapun kontroversi yang muncul dari seorang Rendra tak pernah mengurangi pamornya sebagai "Si Burung Merak".
Sebab meski tak lepas dari kontroversi karya dan upayanya untuk memajukan seni dan sastra di Indonesia tetap tercermin dalam dirinya. Terbukti bahwa dari tangan dingin Rendra serta komunitas Bengkel Teater lahir banyak nama besar dalam dunia seni dan sastra Indonesia antara lain seperti; Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, juga Adi Kurdi.
Selain itu, puisi dan karyanya juga kerap menjadi seolah pengeras suara yang kerap menyuarakan berbagai perubahan sosial di Indonesia terlebih dalam hal kebebasan berekspresi. W.S. Rendra meninggal di Depok, Jawa Barat pada 6 Agustus 2009 di usia 73 tahun.
Referensi
- Wikipedia, W.S. Rendra
- Ensiklopedia Sastra Indonesia
0 Komentar