Malam, dingin
Dan langit membentang semacam selimut
Luar biasa, bagi kubah ketakjuban dan lelah...
Yang sarat dan sangat bagi sejuta
Penghuni paviliun alam semesta ini
Apa yang terang, sebentar berpendar
Dan sebentar berkerjap...
Sebentar tenggelam dan sebentar memudar...
Ia terngiang-ngiung, bak nyamuk
Yang hilang nafsu mengudap darah para lelah
Yang tetirah di paviliun raksasa ini
Ada yang samar, ada yang samar-samar
Aku bergetar dan bergeletar,
Sebab lelah-lelah ini tak kunjung henti
Asap tembakau yang biasanya wangi
tak enak terasa...
Sebab ini telah pukul dua pagi dan aku lelah
Ahk aku sudahi saja...
Manisku-manisku, jangan henti engkau
di sudut kelabu itu,
Sebab yang kelabu tidak membiasakan diri,
Menyampaikan aku hitam atau dia putih...
Sudah-sudahlah saja, mari sini
Kita kecup perlahan, suka gelap dan duka jenaka
dalam paviliun raksasa ini...
Biar-biar saja, jangan melindap, mengelembunglah
Seperti balon sabun
Dan pergi-dan pergi lalu pecah...
Malang, 14 Juli 2011
1 Oktober 2011
0 Komentar