Dalam sepi yang mengurung,
Dalam rindu yang melukai setiap sisi benak dan nurani
Tiada apa yang lemah
Hanya sekedar rerumputan yang rebah
Telapak para lembu membajak setiap sendi kehidupan
Tumbuhkan kehidupan baru di sela tanah basah
Terendam dalam, karamnya pemahaman
Oh..rindu pada karang dan batu
Dua tiga bocah melompat dari karang
Hanya senyum yang terikut beringsut karam bersama ke dasar samudra
Camar-camar pada lelah
Seluar yang menguning mengores angkasa
Tiada apa yang ada, semoga mendung dan mega-mega rela merendam segala lelah di pelupuk senja
Puisi-puisi yang berserak sejenak di nurani pantai
Adalah puisi-puisi rindu ombak
Adalah senyum lengkung pantai yang sekejap mulai menua dan membahana dalam gulita
Adalah lenggang sampan dan derak kayuh nelayan-nelayan sedianya bersama jejaringan
Adalah rendamnya akar bakau pada tubuh bumi yang lemas dalam pekat air lautan selatan
Adalah cinta mentari di senja dan pagi
Oh..aku diam
Aku menunggu..dan biar sejenak puisi ini
Mendendam, mengenggam, meredam
Berdermagalah, biar labuh setiap sayup getar dan sapa yang biasa saja
Biar indah luka-luka cinta
Biar pulang camar-camar gulita
Biar genap segala janji kepiting pada capitnya
Oh..berdermagalah biar indah biar mudah
Biar hidup tak lelah, tak luka, tak lekang
Biar iri pada janji cumi-cumi
Biar sekejap segala cinta mengejala
Mengejawantah…
Krian, 26 Maret 2011
Tiada luka dan apa,
Hidup hanya sedang belajar mengeja kitabnya
0 Komentar