Rembulan memucat, di ini malam
Suara Panggilan pada penumpang,
Di ujung sebuah ToA terminal tak jauh dari rumah
"Kepada para penumpang yang ingin meneruskan perjalanan, bisa bergabung dengan P.O Kalisari, untuk mempercepat perjalanannya"

Ku yakin, seorang berseragam di balik pengeras itu
Ini malam yang dingin,
Teramat dingin
Aku masih sepi saja,
Dan lumut, subur merebak di dinding kamar mandi

Mendekam aku, sendiri saja
Dan satu, dan dua nyamuk yang bernguing menjengkelkan

Rumput mengeletar kuyakin di luaran sana
Dan "Ping!"
Satu pesan yang mendarat di ponsel, ada apa
"Tenang kawan masih ada masa", kubaca

Aku tergeragap,
Kubuka pintu ke luar rumah,
Bulan terang, berwarna emas ia punya sinar
Darsih bercericit di kejauhan
Di balik rerandu yang bergerumbul di tepian sungai sana

"Sekali lagi, di beritahukan kepada para penumpang yang ingin mempercepat perjalanannya, untuk mempercepat perjalanan anda bisa menggunakan P.O Kalisari, dikarenakan Bus menuju Surabaya sudah habis", Pak Terminal kembali berujar

Aku masuk kembali ke dalam,
Pedagang nasi goreng mendorong gerobaknya,
Lewat di depan rumah,
Cepat-cepat ia berjalan
Kosong sudah ia punya gerobak
Gludug-gludug kudengar
Langkahnya ringan
Seringan cericit darsih dan dengkur lelah malam ini

"Sekali lagi, di beritahukan kepada para penumpang yang ingin mempercepat perjalanannya, untuk mempercepat perjalanan anda bisa menggunakan P.O Kalisari, dikarenakan Bus menuju Surabaya sudah habis", Pak Terminal kembali berujar

Kubuka buku,
Duduk dan kembali membaca
"Tenang kawan masih ada waktu",

Tak kudengar lagi langkah si penjual dan gerobaknya

Malang, 5 Oktober 2011
" Serpihkan senda, Fragmentasi Epos tekhnologi  masa kini"